Friday, October 13, 2006

Mengundang Kehadiran Malaikat Ke Rumah

Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Sebab kehadiran mereka di rumah mereka akan melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian ruhani yang mengalir di rumah itu. Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.

Diantara para malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaiamna syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan di tengah mereka.

Lalu rumah mana saja yang akan dihadiri para malaikat itu?

Diantaranya adalah :
1. Rumah yang diliputi dzikir kepada Allah yang di dalamnya ada ruku dan sujud
2. Rumah yang senantiasa bersih
3. Rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang jujur dan menepati janji
4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim
5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal
6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
7. Rumah yang senantiasa ada tilawah Al-Quran
8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu
9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah
10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram
11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah, dermawan pemaaf yang
senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak

Di bawah ini akan dipaparkan beberapa dalil yang menunjukkan pada hal di atas.

Mengenai orang-orang yang berada dalam majlis dzikir Rasulullah bersabda : “Jika kalian melewati kebun-kebun surga maka mampirlah di tempat itu! Para sahabat berkata, “Apa yang dimaksud dengan kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Kelompok manusia yang berdzikir. Karena sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa keliling mencari kelompok manusia yang berdzikir dan jika mereka datang ke tempat mereka malaikat itu dan mengitarinya”, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi dalam buku Al-Adzkar. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda

“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)

Ini semua menunjukkan bahwa dzikir kepada Allah di rumah kita akan menjadikan malaikat memasuki rumah kita dan akan berada dengan kita. Sebaliknya rumah yang dikosongkan dengan dari dzikir maka malaikat juga akan menjauhinya.

Sementara itu orang yang membcan Al-Quran disebutkan dalam sabdanya : “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi syetan dan akan membanjir pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan Al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi syetan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan Al-Quran” (HR. Ad-Darimi).

Dengan membaca Al-Quran maka akan turun malaikat rahmat, akan datang kebaikan akan muncul ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Quran maka ketahuilah bahwa rumah itu sebenarnya telah menjadi kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.

Tentang orang yang rajin menjalin silaturahmi, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki pergi untuk mengunjungi saudaranya di sebuah desa yang lain. Maka segera diperintahkan kepada malaikat untuk menemani orang itu. Tatkala malaikat bertemu dengan orang tadi maka dia bertanya : Kemana engkau akan pergi? Lelaki itu menjawab : Aku akan pergi mengunjungi saudara saya di desa itu! Malaikat itu bertanya : Apakah kau memiliki suatu nikmat yang akan kau berikan padanya? Orang itu berkata : Tidak, saya mengunjunginya semata karena saya mencintainya karena Allah! Malaikat itu berkata : “Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu. Allah telah mencintaimu sebagaimana kau mencintai orang itu” (HR. Muslim)

Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi sayap malaikat Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut” (HR. Tirmidzi).

Tentang rumah orang dermawan yang akan dimasuki malaikat disebutkan dalam sebuah hadits bahwa malaikat akan senantiasa mendoakan mereka : Rasulullah Saw bersabda, “Tiap-tiap pagi malaikat turun, yang satu mendo’akan, “Ya Allah beri gantilah untuk yang menderma, dan yang lain berdo’a, Ya Allah Musnahkan harta si bakhil.”

Rumah-rumah yang di dalamnya ada kejujuran, ada kasih sayang, amanah, ada syukur dan sabar ada taubat dan istighfar akan senantiasa terbuka untuk dimasuki para malaikat sedangkan rumah-rumah yang selain itu maka maka malaikat akan menjauhi rumah tadi.

Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.

Islam adalah agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang. Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)" [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]

Ibnu Hajar berkata : "Ungkapan malaikat tidak akan memasuki...." menunjukkan malaikat secara umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)". Tetapi, pendapat lain mengatakan : "Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang karena tugas mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.

Sementara itu, yang dimaksud dengan ungkapan rumah pada hadits di atas adalah tempat tinggal seseorang, baik berupa rumah, gubuk, tenda, dan sejenisnya. Sedangkan ungkapan anjing pada hadits tersebut mencakup semua jenis anjing. Imam Qurthubi berkata : "Telah terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan karena anjing itu najis, yang lain mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai oleh setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing menempel najis.” Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa Jibril akan datang. Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang dipegangnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, tetapi mengapa Jibril belum datang ?" Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. "Kapan anjing ini masuk ?" tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut : "Entahlah". Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. "Mengapa engkau terlambat ? tanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril. Jibril menjawab: "Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)" [HR. Muslim].

Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka terdapat anjing". [HR Muslim]

Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut : "Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun) bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal manusia. [Lihat Syarah Shahih Muslim 14/94]

Malaikat juga tidak suka masuk rumah yang berbau tidak sedap. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya, maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga adanya penghuni rumah yang mengancam saudaranya (muslim) dengan senjata. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengarahkan (mengancam) saudaranya (muslim) dengan benda besi (pisau misalnya), maka orang itu dilaknat oleh malaikat, sekalipun orang itu adalah saudara kandungnya sendiri.” (HR Muslim).

Kita semua berharap rumah kita akan senantiasa dikelilingi malaikat dan dijauhkan dari syetan laknat. Maka tidak ada cara lain bagi kita kecuali senantiasa meningkatkan bobot dan kapasitas keimanan, keislaman dan keihsanan kita, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Peningkatan ini kita butuhkan karena hidup ini tidak pernah henti berputar. Waktu kita terus bergulir dan kita tidak bisa menghentikannya. Umur kita terus mengkerut dan kita tidak bisa lagi merentangnya. Hanya ada satu kata dalam kehidupan kita : beramal saleh dengan segera, tanpa ditunda!!

(Sumber : Samson Rahman, MA , http://swaramuslim.net)


Melacak Asal- Usul Nama-nama Kampung di Jakarta


Jakarta yang telah berusia lima abad memiliki ratusan nama tempat dan kampung. Berdasarkan kajian arsip, wawancara dengan tokoh masyarakat dan narasumber ternyata penyebutan nama tempat dan kampung itu tidak hanya sekedar nama. Tapi punya riwayat sendiri-sendiri, yang usianya juga sudah ratusan tahun. Seperti nama tempat yang memakai kata 'bukit'. Misalnya Bukit Duri, Bukit Duri Tanjakan, dan Tanah Abang Bukit. Namun, sekarang bekas bukit-bukit itu sudah tak terlihat lagi. Hanya saja, kalau kita bersepeda terasa jalannya menanjak.

Di Jakarta yang berpenduduk lebih 10 juta jiwa juga banyak tempat yang berawal dari kata bulak. Misalnya saja Bulak Rante di Jakarta Timur. Di Jatiwaringin ada Bulak Cabe dan Bulak Sempir. Bulak Temu di Teluk Pucung, Bekasi. Lalu apa arti bulak? Bulak adalah tanah kebun yang dikelilingi sumber air. Maklum di zaman baheula Jakarta juga banyak memiliki resapan air. Kini sumber-sumber air itu sudah 'almarhum'. Bahkan puluhan situ atau rawa juga hilang akibat 'kejahilan'manusia. Banyak sekali nama yang dimulai kata rawa.

Sekarang ini Kebayoran Baru merupakan kawasan elit. Kemacetan terjadi hampir di semua jalan. Mungkin banyak yang tidak tahu, bahwa Kebayoran berasal dari kata kabayuran. Artinya tempat penimbunan kayu bayur, yang sangat baik dijadikan kayu bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap serangan rayap. Bukan hanya kayu bayur yang biasa ditimbun di kawasan itu pada jaman dulu. Tapi juga berbagai jenis kayu lainnya. Kayu-kaayu gelondongan yang dihasilkan kawasan tersebut dan sekitarnya dianbgkut ke Batavia melalui Kali Krukut dan Kali Grogol, dengan cara dihanyutkan. Maklum kedua sungai itu di masa lalu cukup lebar dan dalam.

Sekitar tahun 1938 di kawasan Kebayoran sempat direncanakan akan dibangun sebuah lapangan terbang internasional, namun batal karena pecah perang dunia kedua (1942-1945). Dan di tempat yang akan dibangun bandara internasional itu lantas dibangun kota satelit Kebayoran Baru (1949). Kala itu arealnya hanya seluas 730 ha yang menurut rencana hanya akan dihuni 100 ribu jiwa. Sekarang ini, dari sekitar 10 juta penduduk Jakarta, beberapa juta tinggal di Kebayoran. Hanya setahun setelah kota satelit dibangun, HAMKA, ulama yang dekat dengan rakyat kecil, membangun Masjid Al-Azhar. Masjid terbesar di Jakarta kala itu sebelum dibangun Istiqlal (Kemerdekaan).

Pengarang FDJ Pangemanann di bukunya menyebutkan bahwa pada abad ke-19 Kebayoran masih berupa hutan belukar. Belum terdapat desa-desa. Hingga Kebayoran dijadikan sebagai tempat pelarian para perampok dan penjahat dari kejaran Kompeni. Menurut Pangemanann, suatu tempat yang bernama Bukit Kebayoran, dijadikan tempat pelarian para penjahat.

Dari Kebayoran kalau kita menuju Tanah Abang melewati Karet Tengsin. Kampung ini sekarang sudah hilang akibat modernisasi kota megapolitan. Nama ini berasal dari nama seorang Cina, Tan Teng Sien. Karena baik hati dan banyak memberi bantuan pada masyarakat, maka Ten Sien cepat dikenal. Di daerahnya ketika itu banyak tumbuh pohon karet. Dan, dinamakan Kampung Karet Tengsin.

Di Karet Tengsin sampai 1960-an banyak berdiri industri batik. Ribuan orang yang terlibat di sekitarnya mendapat tambahan penghasilan sebagai pembatik. Terutama, warga dari daerah Senayan, sebelum dijadikan Gelanggang Olahraga Bung Karno (1962).

Dari Karet Tengsin kita melompat agak jauh ke Kebon Sirih, Jakarta Pusat, yang dibangun awal abad ke-19 sebagai garis pertahanan Van den Bosch. Dari namanya sudah dapat diperkirakan, kawasan itu dahulu merupakan kebun sirih. Sampai awal 1960-an, sirih sangat digemari banyak orang untuk dikunyah-kunyah. Istilahnya makan sirih. Kelengkapannya antara lain adalah kapur (sirih), pinang dan gambir.

Dulu, para nyonya kelas atas umumnya menggemari makan sirih. Karena itu, kalau mereka bepergian disertai empat atau lima orang budaknya yang khusus menyediakan tempat sirih, tempolong (tempat meludah sirih), dan budak yang memayunginya.

Karena kesejukannya, pada pertengahan abad ke-19, Kebon Sirih oleh Belanda dijuluki de nieuwe weg achter het Koningspllein. Atau alam baru di belakang Istana Raja (kini Istana Merdeka). Kemudian, karena di sana tinggal seorang hartawan yang dermawan bernama KF Holle, maka di dekat Kebon Sirih yang kini bernama Jl Sabang disebut Laan Holle.

Sekarang kita makin melompat ke kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sampai 1950-an, kami dari Jakarta Pusat menyebutnya sebagai tempat 'jin buang anak' karena saking terpencilnya. Nama kawasan tersebut diambil dari kontur tanah dan fauna. Lebak berarti 'lembah', dan bulus adalah 'kura-kura yang hidup di darat dan air tawar'. Jadi dapat disamakan dengan 'lembah kura-kura'.

Dari Lebak Bulus kita menuju ke Petamburan, Jakarta Pusat. Pada masa lalu, ketika rumah penduduk masih jarang, banyak ditumbuhi pohon jati. Suatu waktu terjadi peristiwa yang menjadi cikal bakal nama tempat ini. Yakni, meninggalnya seorang penaruh tambur daerah ini dan dimakamkan di bawah pohon jati, sehingga jadilah Jati Petambutan.

Pada awal abad ke-20 perusahaan pelayanan KPM yang memiliki ratusan armada kapal untuk domestik dan mancanegara membangun sebuah rumah sakit di sini. Karena pada 1950-an KPM dinasionalisasi menjadi Pelni, kini rumah sakit itu terkenal dengan RS Pelni.

(Alwi Shahab )

Thursday, October 12, 2006


Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat
http://www.kebunhikmah.com

Inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.

(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)


2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”

(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)


3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”

(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)


4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf”

(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)


5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.

(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)


6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)


7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)


8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’”

(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)


9. Orang – orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”

(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)


10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang sedang makan sahur”

(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)


11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”

(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Sumber Tulisan Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi (Orang – orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia


Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten
dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus
didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah
hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya
oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa
yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh)
indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona'ah),
sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat
bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah
cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan
Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang
kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita
sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang
diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya,
kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Bila ia tetap "bandel" dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya
lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang
pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga
yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga)
akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada
kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang
sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya
menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan
memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya,
walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi
seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang
anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah
SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak
muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu
yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah
melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika
sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu
menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku
sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?" Nabi
SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho
kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku
ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist
tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak
cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita
bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang
sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita
bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal
siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah
orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam
sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan
orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak
kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang
sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam
yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut
akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah
orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi
halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam
riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu
dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah
bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan
tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan".
Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah
dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari
hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi
ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu
dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama
Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih
jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah
menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar
semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan
rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat
memahami agama akan meng "hidup" kan hatinya, hati yang "hidup" adalah
hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka
berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang
setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya
untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak
bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa
dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus
pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk
berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan,
hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang
diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak
mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua
semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi
dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk
meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan
keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah
semangat "hidup" orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah
orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator
kebahagiaan dunia.

Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator
kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki
diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu'
mungkin membaca doa 'sapu jagat' , yaitu doa yang paling sering dibaca
oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut "Rabbanaa aatina
fid dun-yaa hasanaw" (yang artinya "Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan
dunia "), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh
indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang
selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman
atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami
ajaran agama, dan umur yang baroqah.

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam
genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah
patut kita syukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu "wa fil
aakhirati hasanaw" (yang artinya "dan juga kebahagiaan akhirat"), untuk
memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan
surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian
kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita,
tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa
dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal
soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah
sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan
kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan Engkau ya
Rasulullah ?". Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh saya pun juga tidak
cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa kita
masuk surga?". Nabi SAW kembali menjawab : "Kita dapat masuk surga hanya
karena rahmat dan kebaikan Allah semata".

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan
untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah
itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).


(Sumber tulisan: ceramah Ustad Aam Aminudin, Lc. di Sapporo, Jepang,
disarikan secara bebas oleh Sdr. Asep Tata Permana, sedikit diedit oleh
Penjaga Kebun Hikmah)

www.kebunhikmah.com

Monday, October 09, 2006

foto ummina raihan...hehehehe

Ummina raihan nih.

Thursday, October 05, 2006

"Beras dari Langit"

Allah mengiriminya "orang tak dikenal dari langit" dengan membawakan berkarung-karung beras.Demikianlah satu balasan yang diberikan Allah sebagaimana janjinya kepada para pejuang agama Nya

Perempuan itu terlihat khusyuk di atas sajadahnya. Wajahnya bening, bersahaja memancarkan sinar kemuliaan dari hati yang qona‘ah. Jari tangannya masih bergerak-gerak mengiringi rentak tasbihnya, puji cinta yang tak pernah bosan ia lantunkan untuk sang kekasih yang Maha Pengasih.

"Hhhhh...Ukh.....ukh....."

Anak lelaki usia 10 tahunan yang terbaring lemah di atas kasur di sampingnya menggeliat. Dia mengigau lagi. Panas tubuhnya belum turun dari tadi malam. Perempuan itu menghentikan zikirnya. Diperhatikannya lalu dengan penuh kasih diusapnya dahi anak itu.

"Alhamdulillah ... panasnya sudah turun"

"Salman, minum dulu, nak!" Katanya sambil menyodorkan segelas teh.

Perempuan itu kemudian bangun dari duduknya. Melipat sejadah dan muqananya, lalu beranjak ke dapur.

Salman hanyalah satu dari puluhan santri yang mondok di rumahnya. Mereka kebanyakan anak-anak usia sekolah dasar, sebagian yatim atau piatu. Di pondok itu mereka diasuh dan dibesarkan, dididik dan diajari shalat, akhlak, mengaji dan menghafal Al-Qur'an. Mereka juga disekolahkan di SD, SMP ataupun MTSN setempat. Santri-santri itu memang diperlakukan layaknya anak kandung sendiri, sehingga bila ada di antara mereka yang sakit, ia sendiri yang akan merawat dan menjaganya sampai sembuh.

"Ummi ..."

"Ada apa Da?"

"Hmm... ini Ummi, Ida cuma mau memberitahu. Beras persiapan kita sudah hampir habis." Ida juga seorang santriwati yang rajin membantunya di dapur.

"Hmm..., baiklah. Oh ya, sepertinya di luar ada tamu ya, Da? Sudah dibuatkan minum?"

"Sudah, Ummi".

Ia bergegas ke ruang tamu. Di beranda, suaminya tengah beramah-tamah dengan beberapa guru. Ia berhenti di balik pintu, mencoba mencermati percakapan mereka.

"Ustadz, kami rasa, sistem yang lama sudah tidak bisa diteruskan lagi. Jumlah santri semakin bertambah, sementara sarana yang kita miliki tidak memadai," ujar salah seorang guru kepada Pimpinan Pondok.

"Betul, Ustadz, kita harus memungut bayaran dari santri. Minimal untuk menutupi biaya makan mereka. Kami dengar bahkan beras pun sering kali hampir habis. Bagaimana kalau untuk makan saja tidak cukup?" kata yang lain menambahi.

"Tapi kalian belum pernah betul-betul kelaparan bukan?" jawab beliau, kalem dan bijaksana.

"Begini, Ustadz ... Maksud kami, biar dana yang biasanya untuk makan santri itu dialihkan untuk dana lain."

"Iya, asrama santri perlu ditambah. Bangunan yang ada tidak layak lagi untuk menampung para santri yang jumlahnya bertambah terus. Begitu juga ruang belajar dan sarana kebersihan seperti kamar mandi, toilet, dan lain sebagainya."

Hening sejenak. Kemudian terdengar helaan nafas yang berat dari lelaki bijaksana itu.

"Kami akan menyiapkan proposal permohonan bantuan dana ke seorang kaya yang kami dengar sering membantu pesantren, kalau kalian setuju," ujar salah seorang dari mereka setengah mendesak namun hati-hati, khawatir akan menyinggung perasaan Pak Ustadz.

Sunyi lagi. Pak Ustadz tetap terdiam. Beliau hanya sesekali menghela nafas sambil melempar pandangan ke luar. Tetapi kemudian,

"Baiklah, Ustadz, kami pamit dulu," kata rombongan guru itu.

"Assalamu 'alaykum!"

"Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Pak Ustadz.

Beberapa saat sesudah mereka pergi, perempuan yang tadi berdiri di balik pintu dan menyimak pembicaraan itu keluar, lalu duduk di sebelah suaminya.

"Saya mengikuti dialog tadi," katanya memecah keheningan.

"Dan sudah tahu, bukan, apa jawaban saya. Sampai kapan pun, akan tetap sama," jawab suaminya. Sejak didirikan pada tahun 1975, pesantren itu memang tidak memungut iuran sama sekali walau satu sen pun dari para santri, wali ataupun orangtua mereka. Semuanya gratis, dari mulai makan hingga biaya sekolah.

"Beras di dapur sudah hampir habis. Hanya cukup untuk hari ini saja," kata perempuan itu kepada suaminya. Suaranya tetap datar, hanya bermaksud memberitahu. Suaminya hanya terdiam. Tak sepatah kata pun diucapkannya. Janji yang ia ikrarkan kepada Sang Khalik tidak akan berubah, karena ia sangat yakin Allah tidak pernah menyalahi janjiNya: in tanshuru-llaha yanshurkum. Orang yang berjuang menegakkan agama Allah pasti akan ditolong, dijamin dan dimenangkan olehNya.

Pak Ustadz belum beranjak dari duduknya. Hanya kelihatan bergumam sambil menggerak-gerakan jari-jemarinya, larut dalam zikir dan doa. Tidak lama kemudian terdengar suara riuh rendah. Nampaknya santri-santri telah selesai melakukan olah raga, jalan keliling kampung. Sudah menjadi acara khusus di hari Minggu pagi bagi pesantren tersebut. Perempuan itu melongok ke ruang dalam, melihat jam dinding, sudah jam 10. Bergegas dia masuk, menuju dapur. Hanya ada Ida dan Yati di sana, dia harus membantunya menyiapkan makan siang.


***


Selesai sholat zuhur, lingkungan pesantren kembali sepi. Sebagian besar santri sedang beristirahat di pondokan masing-masing. Tiba-tiba sebuah truk berhenti di depan pesantren. Sopir dan seorang lagi temannya menurunkan karung-karung beras dari truk itu. Salah seorang dari mereka melambaikan tangan ke arah santri yang sedang duduk-duduk di kursi kayu di depan salah satu pondokan tidak jauh dari pintu gerbang. Bergegas santri itu mendekati orang tersebut.

“Panggil temanmu. Angkat karung-karung ini ke dapur”, kata orang tadi. Selesai menurunkan semua karung-karung, tanpa berkata apa-apa lagi, kedua orang itu pun langsung pergi. Belum sempat santri itu bertanya, truk sudah bergerak meninggalkan kepulan asap dan debu. Santri itu hanya melongo sesaat, setelah itu segera berlari memanggil kawannya.

“Ilham, orang yang mengantar beras ini sudah dipersilahkan masuk? Biar Ummi panggil Ustadz sebentar, ya!”

“Orangnya sudah pergi Ummi,” agak ngos-ngosan anak yang dipanggil Ilham itu menjawab.

“Lho..., dia bilang atau tidak, dari mana beras-beras ini?” tanya Ummi keheranan.

“Ilham belum sempat tanya Ummi. Orangnya sudah keburu pergi. Dia hanya menyuruh saya mengangkat karung-karung ini ke dapur”.

“Ya sudahlah ...”.

Ketika disampaikan perihal kedatangan orang-orang tak dikenal itu, suaminya menjawab singkat: “Oh, itu beras dari langit.”

Demikianlah satu dari sekian banyak pengalaman yang ia lalui selama mendampingi suaminya membina pesantren yang kini kelihatan sudah berkembang dengan pesat dan mulai dikenal luas di seantero nusantara.

Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya? Dan (ingatlah), Allah jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan. (QS.2:245)

"Orang-orang mukmin itu hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Q.S. Al Hujurat :10). [Andi Sri Suriati Amal, Frankfurt, 29 April 2006]

diambil dari : www.hidayatullah.com